Perjuangan Mondok / Nyantren
” SELAMAT MONDOK ANAKU “
Demi Allah, bukan bapak benci
Hingga mengirimmu jauh kepesantren
Bukan bapak tak cinta wahai
Anak kesayanganku .
Bapak bahagia melihat tangismu hari ini saat bapak tinggal pulang mengantarkanmu kepondok
Kelak suatu saat kau kan merindukan tangis perpisahan itu . ..
Selamat berjuang, Nak .. ! Nanti juga kau kan paham mengapa bapak titipkan engkau di pesantren.
Maafkan bapak tidak bisa seperti orang tua lain. Memberimu segudang fasilitas dan kemewahan.
Maafkan bapak hanya bisa memberikanmu fasilitas akhirat .. .
Jadilah pembela ibu dan Bapak di hari pengadilan Alloh kelak. Dengan menjadi santri bapak harap engkaulah yang mengimami sholat jenazah kami nanti, Menggotong keranda kami, memandikan diri kami, membungkus kain kafan kami,
Bukankah nanti saat kami berbaring di ruang tengah hanya jasad yang kaku. Ada anaku di samping kepalaku . . Itulah hari terbahagia kami nanti menjadi orang tua, Nak. Jenazah kami teriring d’oa anak-anak kami sendiri ..
Bukankah junjungan kita Baginda Nabi ﷺ pernah berkata, saat kita semua mati semua amal akan terputus kecuali tiga perkara. Do’amu lah salah satunya
Laa takhof wa laa tahzan, Nak.
Di pesantren sangat mengasyikkan. Temanmu teramat banyak seperti keluarga sendiri .. Pengalamanmu akan luas. Jiwamu kan tegar .. Kesabaranmu kan gigih. Kami hanya ingin kau bisa mendoakan kami sepanjang waktumu. Menyayangi kami dihari tua kami nanti. Selayaknya kami sayangi engkau dihari kecilmu. Kami tak ingin nanti ketika jenazah kami belum dikuburkan. Namun kau dan adikmu sudah menghitung-hitung harta, hingga permusuhan pun terjadi .
Selamat berjuang, Anaku .. !
Dengarkan ustadz dan semua gurumu, muliakan mereka. Seperti kau muliakan ibu Bapakmu .. Beliau-beliau adalah pengganti ibu Bapakmu di rumah ..
Selamat berproses, Nak !..
Berbahagialah, Nak… !
Tersenyumlah, Nak ..!
Kelak kau kan paham ..!