Ingin Menjadi Tetangga Rasulullah Dengan Menyantuni Anak Yatim
Sahabat Saliha, kita pasti sudah mengetahui bahwa menyantuni anak yatim merupakan salah satu kebaikan yang sangat dianjurkan. Banyak sekali ayat Alquran yang memerintahkan pada orang mukmin untuk berbuat baik kepada anak yatim. Bahkan, dalam surat Al-Maun disebutkan, bahwa mereka yang menghardik anak yatim termasuk orang-orang yang mendustakan agama.
Yatim, adalah bentuk plural dari kata yatama, yang berarti seorang anak yang ditinggal mati oleh ayahnya. Benar sekali, Sahabat Saliha. Anak yatim adalah anak-anak yang ayahnya sudah tiada dalam artian meninggal, sehingga tidak ada lagi yang bertanggungjawab atas nafkahnya.
Disebutkan lebih jelas, bahwa seorang anak bisa dikatakan yatim ketika dia belum menginjak akil baligh. Bagi anak laki-laki apabila ia sudah bermimpi basah dan anak perempuan yang mendapat haid pertamanya, secara agama, mereka yang sudah mengalami hal itu berarti telah disebut baligh. Mereka sudah berkewajiban menjalankan perintah-perintah agama.
Namun itu kembali pada kondisi psikologis masing-masing anak, karena di zaman ini banyak faktor yang menyebabkan anak mengalami pubertas dini. Sehingga, tanda-tanda seperti di atas bukan menjadi satu-satunya tolok ukur balighnya seorang anak jika dilihat dari sisi kejiwaan.
Ketika anak yatim telah menginjak baligh, maka keluarga atau pihak yang dititipinya berkewajiban memberikan harta milik si anak kepadanya. Mungkin saja, sang ayah mempunyai harta peninggalan untuk si anak tersebut, maka itu harus diserahkan sebagai modal si anak untuk mengarungi kehidupan.
Sahabat Saliha, Rasulullah sangat menyayangi anak-anak yatim dan juga orang yang mau menyantuni mereka. Menyantuni dalam arti merawat, tidak menelantarkan mereka, memberikan hak-haknya, dan memperlakukan mereka dengan baik seperti keluarga sendiri. Bahkan, orang-orang ini mendapat kedudukan yang sangat dekat dengan Rasulullah kelak di surga, seperti sabdanya berikut :
“Dari Sahl bin Sa’ad Radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini’, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya.” (HR. Bukhori)
Luar biasa, bukan? Kelak orang-orang yang menyantuni anak yatim akan bertetangga dengan Rasulullah di surga. Jaraknya sedekat renggangan jari telunjuk dan jari tengah. Mashaallah, siapa yang tidak ingin sedekat itu dengan nabi kita tercinta?
Sahabat Saliha, Rasulullah begitu mencintai anak-anak yatim karena ia juga terlahir yatim. Bahkan, sang ayah, Abdullah, meninggal dunia saat sang rasul masih ada di dalam kandungan. Ia merasakan pahit getirnya menjadi seorang yatim, hingga ia memberikan kedudukan istimewa bagi orang yang menyantuni anak yatim, atas izin Allah.
Rasulullah juga menganjurkan agar kita mengusap kepala anak yatim, supaya mereka merasakan curahan kasih sayang dan perasaan diayomi seperti anak-anak lainnya. Selain itu, ia juga menuturkan bahwa dengan mengusap kepala anak yatim dan memberi makan orang miskin dapat melembutkan hati yang keras.
Lalu bagaimana apabila ada yang berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim? Dalam surat Ad-Dhuha ayat 9, Allah berfirman :
“Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”
Bertindak sewenang-wenang di sini bisa didefinisikan dalam arti verbal ataupun non verbal. Sewenang-wenang terhadap anak yatim secara verbal, misalnya saja dengan mengejek atau menghina mereka. Non verbal contohnya, berlaku kasar terhadap mereka, tidak memberikan hak-haknya, dan menelantarkan mereka.
Allah sangat murka terhadap orang-orang yang sewenang-wenang terhadap anak yatim, bahkan Dia menyebutkan bahwa orang yang memakan harta anak yatim sama saja dengan memasukkan api neraka ke dalam perutnya. Nauzubillah.
Dalam surat Al-Maun yang sudah disebutkan di atas menegaskan, celakalah bagi orang-orang yang melaksanakan sholat namun berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim. Orang-orang itu bahkan disamakan dengan para pendusta agama, karena bersedia melaksanakan perintah Allah yang satu, namun mengingkari yang lainnya.
Sahabat Saliha, dari firman-firman Allah dan sabda Rasulullah di atas, jelas sekali bahwa menyantuni anak yatim merupakan amalan yang luar biasa nilainya. Itu dapat membawa seseorang pada derajat yang tinggi yaitu surga, dan bisa menjebloskan seseorang yang mengingkarinya ke lembah neraka. Maka, sudah selayaknya kita berlaku sebaik-baiknya terhadap anak yatim, agar ridho Allah dan rasulNya senantiasa mengiringi hidup kita, di dunia dan akhirat kelak.